Kelompok kesenian nirlaba Teater Koma kembali mementaskan lakon cinta Cina klasik Sampek Engtay di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis (14/3). Lakon ini disadur kembali oleh N.Riantiarno selaku sutradara pada pementasan ini. Teater Koma menyajikan Sampek Engtay sebagai lakon melodramatis yang dikemas secara kocak, dan dibungkus dengan gerak dan musik. Lakon menjadi sebuah gurauan pahit tentang sepasang kekasih yang bercintaan. Inilah kisah tentang emansipasi yang kalah oleh tradisi.
"Maka dari itu, para penonton, jadikanlah setiap lelakon kita sebagai cermin. Supaya kita bisa semakin mengagumi bagaimana cara para dewa merangkai berbagai jalinan lakon manusia."
Lakon Sampek Engtay bisa menjadi sebuah cermin. Lakon ini bercerita tentang perempuan bernama Engtay yang menganggap diri kuat dan sanggup mengubah masa depan. Dengan berbagai akal, Engtay berhasil menyakinkan kedua orangtuanya bahwa sekolah itu penting dan baik. Akhirnya, gadis itu pun diizinkan pergi dari Serang menuntut ilmu ke Betawi. Engtay harus menyamar sebagai seorang lelaki muda. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan lelaki muda bernama Sampek. Pemuda itu berasal dari Padeglang menuntut ilmu di sekolah yang sama dengan Engtay. Lalu mereka berdua sepakat saling mengangkat sebagai saudara.
"Tapi mahluk apa itu kejujuran di mana batas jujur dan kebodohan atau ketika satu tujuan ditekuni yang lainnya jadi tak penting lagi? Aku hormat padanya sekaligus kasihan. Ibarat kucing, kedua matanya buta. Daging di depan mata dia biarkan dia kejar daging lain yang tak ada."
Mereka berdua ditempatkan di asrama. Penyamaran Engtay sebagai lelaki muda berhasil sehingga tidak seorang pun menyangka bahkan Sampek sendiri tidak tahu kalau dirinya itu perempuan. Seiring berjalannya waktu, asmara pun tumbuh pada diri Engtay. Dan akhirnya Engtay mengaku kepada Sampek untuk menceritakan kenyataan yang sebenarnya. Bahkan, Engtay sendiri nyaris menyerahkan kepada Sampek. Tapi Sampek tidak beruntung, cintanya harus kandas lantaran tepat saat dia siap mencinta, Engtay dipanggil pulang oleh keluarganya.
"Bulan dan mentari pasangan alam abadi. Kembang dan kumbangnya saling membutuhkan cinta. Sepasang angsa di kolam, kita berdua di sini dekat, berpandangan."
Sebelum pergi kembali ke kampung halamannya, Engtay meminta Sampek agar lekas datang melamar dirinya. Sampek pun berjanji akan menepati keinginan Engtay. Hanya satu tekad berkobar di hati Sampek, menjadikan Engtay sebagai istrinya. Pada hari yang telah ditentukan, Sampek pun berangkat ke Serang untuk menyongsong sang gadis impian, Engtay.
"Hidup atau Mati, aku ingin selalu bersamamu. Tiada yang sanggup memisahkan cinta kita. Juga tidak kematian."
fotonya bagus2.. apalagi yang pas moving..
ReplyDeleteaku suka yang pake baju putih bawa lampion..
yang multi exposure keren.. *angkat 4 jempol*
dari sisi cerita, suasana pementasan dan penonton kurang diceritakan.. lainnya udah sip!
terima kasih mba niken atas saran dan kritiknya yang membangun, semoga nantinya saya bisa lebih baik lagi mengenai pengambilan gambarnya :)
Delete